Tuesday, July 13, 2010

Business Improvement By Using SEMANTIC Dimention



Persaingan pasar dalam merebut customer dan meningkatkan profitabilitas perusahaan, sering menuntut perusahaan untuk selalu melakukan perubahan dan improvement dalam sistem maupun proses yang telah ada sebelumnya. Keberhasilan dalam memasarkan produk maupun jasa yang ditawarkan dengan perolehan profit yang tinggi merupakan hal yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan. Namun perusahaan ditantang untuk selalu melakukan inovasi-inovasi produk atau layanan yang telah ada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar perusahaan tetap survive ditengah peta persaingan yang kompetitif serta menjawab kebutuhan pelanggan yang mudah merasakan jenuh terhadap produk dan jasa yang telah ada sebelumnya. Bayangkan saja jika Sosrodjojo tidak melakukan sebuah inovasi pada produk minuman teh dalam kemasan mungkin saat ini, kita hanya bisa menikmati teh dalam cangkir saja. Atau jika perusahaan penerbangan seperti AirAsia tidak melakukan inovasi dengan meminimumkan biaya operational, mungkin saat ini transportasi pesawar terbang masih tergolong mahal. Dan masih banyak lagi produk atau jasa yang dapat dikatakan sukses dalam melakukan sebuah inovasi.


Untuk melakukan sebuah inovasi, perusahaan perlu memperhatikan tahapan atau dimensi inovasi yang dinamakan SEMANTIC yang terdiri dari Search (cari), sEe (lihat), iMitate (tiru), Add (tambahkan), Negotiation (negosiasi) dan Increasing Communication (komunikasi).


Banyak perusahaan melupakan inovasi karena terlena dengan profit yang diterimanya setiap bulannya, mereka merasa produk mereka masih laku keras padahal pelanggan secara diam-diam mengharapkan adanya produk lain yang lebih baru, lebih kuat, lebih enak, lebih lengkap, lebih praktis, lebih menarik, lebih memuaskan, lebih dan lebih lainnya. Namun apa yang akan terjadi ketika pesaing berhasil membaca keinginan pasar tersebut, alhasil profit yang didapat pun sudah berada dibawah batas normal, bahkan umur hidup perusahaan pun bisa diperhitungkan. Karenanya perusahaan harus mampu mencari apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, ini merupakan tahap awal dari proses inovasi. Untuk memperoleh hal tersebut perusahaan atau marketer harus secara langssung menjeburkan diri sebagai konsumen bukan lagi sebagai pihak perusahaan yang penuh dengan idealisme. Tugas marketer disini bukan hanya sekedar mencari apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen, namun marketer pun mengkombinasikan apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut berdasarkan dengan visi dan misi perusahaan.


J’CO adalah contoh perusahan yang dapat membaca keinginan konsumen. Ketika hampir semua toko donat hanya menjajakan dan memajang donat di etalase tokonya, namun tidak di gerai J’Co milik pengusaha salon Jonny Andrean ini. Di Gerai J’Co pelanggan tidak hanya melihat aneka donat yang dijualbelikan, pelanggan pun dapat menikmati dan melihat proses pembuatan donat yang akan dijualbelikan secara langsung bahkan menikmati aroma donat hangat yang sedap dihirup. Hal ini yang menimbulkan emotional value bagi pelanggan yang mengunjungi gerai J’Co, tidak heran jika pelanggan rela mengantri untuk mendapatkannya. Contoh lain dari perusahaan yang berhasil mencari dan mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen adalah Nokia. Perusahaan asal Finlandia ini berhasil melakukan inovasi terhadap produk-produk handphone nya, sebagai jawaban dari kebutuhan konsumen terhadap produk handphone yang lebih userfriendly, dan meningkatkan lifestyle bagi penggunanya.


Tahapan kedua dari dimensi SEMANTIC dalam melakukan inovasi terhadap produk atau jasa yang ditawarkan adalah See. Pada dimensi ini setelah marketer mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan terhadap suatu produk atau jasa, maka selanjutnya marketer melihat pasar. Apakah yang dilihat dari pasar tersebut?? Yang dilihat yaitu :

  • Apakah ada pemain lain yang merebutkan ceruk pasar yang sama? pemain lain disini bisa diartikan sebagai kompetitor langsung maupun kompetitor tidak langsung namun memperebutkan hal yang sama. Sebagai contoh ketika ingin bermain dalam bisnis asuransi maka kompetitor langsung kita adalah layanan asuransi dari perusahaan asuransi lain, sedangkan kompetitor tidak langsung adalah layanan investasi jangka panjang yang ditawarkan oleh perbankan.
  • Jika ada pemain yang sama memperebutkan cerut pasar yang sama bagaimana strategi marketing mix dan STP yang mereka terap?
  • Bagaimana analisis SWOT dari perusahaan kita jika ingin bermain dalam ceruk tersebut?
  • Bagaimana culture dari tempat yang akan kita masuki? Hal ini penting untuk mengetahui behaviour dari konsumen maupun calon konsumen. Jika kita tidak mengetahui kebiasan dari pelanggan kita, bisa-bisa kita tidak akan sukses. Sebagai contoh MC’Donald, sebuah perusahaan hamburger asal San Bernardino, California ini mengubah produk yang ditawarkan kepada konsumen Indonesia. Melihat kebutuhan konsumen mengenai makanan cepat saji, MC’Donald masuk ke Indonesia dengan menawarkan paket nasi, chicken, dan bubur ayam tidak seperti produk yang biasa disajikan di negara-negara lainnya. Hal ini dilakukan MC’Donald karena kebiasaaan masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi nasi, bahkan ada slogan masyarakat Indonesia yang berhasil dibaca oleh perusahan yang telah tersebar lebih dari 119 negara ini yaitu “Belum Makan Kalau Belum Makan Nasi”. Karenanya untuk tetap sukses memasuki pasar Indonesia MC’Donald tanpa segan-segan menambahkan menu yang ditawarkannya.


Setelah melihat kondisi pasar yang merupakan tempat kita akan bermain maka selanjutnya adalah iMitate (tiru). Sebuah pepatah mengatakan “ambil yang baik, buang yang jelek”. Pernyataan ini pun berlaku di dunia marketing, ketika kita melakukan produk inovasi maka kita dapat mengadopsi layanan atau konten yang telah ditawarkan oleh perusahaan lainnya, akan tetapi bukanlah menduplikasi produk sehingga persis sama. Karenanya setelah meniru dari produk atau layanan kompetitor, ada baiknya kita melanjutkan ke dimensi inovasi selanjutnya yaitu Add. Hal-hal yang kita tiru dari kompetitor, kita lakukan modifikasi dengan menambahkan komponen-komponen tertentu. Sebuah inovasi baru terkadang datang dengan menggabungkan inovasi-inovasi yang sudah ada sebelumnya. Contohnya saja Aqua yang menggabungkan minuman mineral dengan aroma buah-buahan seperti layaknya minuman jus namun tetap mengedepankan minuman mineral yang jernih, non-color dengan meluncurkan produk Aqua Splash of Fruit. Setelah kita melakukan modifikasi dari ide-ide pengembangan atau inovasi hingga menjadi produk baru maka marketer perlu melakukan negotiation.


Negosiasi berlaku bagi stakeholder maupun distribution channel. Pada tahap negosiasi perusahaan mulai menjaring relasi dengan client untuk menentukan apakah konsep inovasi yang dipilih akan di outsourcing ke perusahaan atau perusahaan memutuskan untuk melakukan produksi sendiri. Negosiasi dengan client atau perusahaan lain pun dilakukan dengan harapan perusahaan client dapat membantu mewujudkan konsep inovasi yag akan dilakukan. Banyak juga perusahaan-perusahaan melakukan konsep inovasi namun tidak memproduksi sendiri melainkan bekerjasama dengan perusahaan lain atau mengoutsourcingkan kepihak lain. Perusahaan sekelas P&G pun masih mengoutsourcingkan sebagian inovasinya kepada perusahaan-perusahaan lainnya. Bahkan P&G berhasil menerapkan strategi open innovation dengan meluncurkan situs InnoCentive yang menawarkan hadian bagi perusahaan yang dapat menawarkan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi oleh inovasi produ P&G. Selain itu juga P&G bekerjasama dengan situs seperti NineSigma, YourEncore, dan Yet2 dengan harapan P&G mampu mengurangi resiko pengembangan produk baru melalui strategi outsourcing.


Increasing Communication merupakan tahap atau dimensi terakhir dari konsep inovasi yang dilakukan perusahaan. Marketer meningkatkan komunikasi mengenai inovasi yang dilakukan perusahaan baik melalui media online maupun non-online. Tanpa adanya komunikasi maka inovasi yang dilakukan sama saja dengan sia-sia. Perusahaan perlu memberitahu pelanggan atau calon pelanggan bahwa kebutuhan dan keinginan pelanggan telah mampu dipenuhi perusahaan melalui inovasi produk yang dilakukan oleh tim perusahaan. Disinilah kinerja Public Relation (PR) diuji. Saat peluncuran produk atau inovasi baru tidak selalu berjalan mulus, bahkan dengan adanya marketing intelligent tidak jarang kompetitor yang telah mengetahui akan inovasi produk yang kita melakukan bad issue agar produk tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sekali lagi untuk mengatasi hal tersebut, perusahaan tidak perlu takut atau sembunyi dari kejaran media. Jadi kan PR sebagai penghubung antara konsumen dan perusahaan, sehingga jangan sampai konsumen mendapatkan informasi diluar dari pihak perusahaan. Karena bila informasi bersumber bukan dari pihak interal perusahaan sudah pasti informasi tersebut akan menyudutkan perusahaan. Sebagai contoh keberhasilan Nestle, ketika Nestle melakukan inovasi produk dengan meluncurkan produk Dancow seketika itu juga produk tersebut diklaim sebagai susu yang menganduk lemak babi. Namun untuk mengatasi isu tersebut Nestle mengundang para ulama dan memberikan pengertian kepada mereka serta tes uji coba. Setelah para ulama mengerti dan menghalalkan Dancow untuk dikonsumsi, hal ini pun segera dijadikan senjata komunikasi yang ampuh oleh Nestle dalam mempromosikan produknya di berbaga media komunikasi. Kasus yang sama juga sempat dialami oleh Kraft Foods, produk Oreo Stick Wafer dan Oreo Chocolate Sandwich Cookies diduga menggunakan bahan baku susu yang diimpor dari Cina dengan kandungan melamin didalamnya. Untuk menghindari agar tidak semua produk bermerek Oreo terkena getahnya, maka pihak Kraft Foods segera mengeluarkan surat klarifikasi. Melalui surat edaran tersebut Kraft Foods menjelaskan bahwa tidak semua produk Oreo dibuat menggunakan bahan dasar susu yang berasal dari Cina, seperti misalnya Oreo Flat Wafer, Flute Wafer, Oreo Crumb, Oreo Wafer Stick Real Chocolate, Oreo Wafer Stick White, Oreo Wafer Stick Black dan Oreo Wafer Stick Mint. Selain itu juga Kraft Foods memperbaharui iklan oreo di berbagai media komunikasi dengan lebih menekankan kepada Pabriknya bersih, mutunya diawasi secara ketat, sehingga produknya juga punya mutu yang nggak main-main, Oreo yang di sini tuh buatan pabrik Indonesia, ada no registrasi dari BPOM, bahkan ada label halalnya dari MUI”, kata Ferdy Hasan yang merupakan icon iklan produk Oreo.


Hal yang perlu diingat oleh perusahaan bahwa pelanggan merupakan mitra yang perlu dilayani keinginan dan kebutuhannya. Karena perusahaan dan pelanggan dapat dianalogikan sebagai sebagai simbiosis mutualisme dimana perusahaan membutuhkan pelanggan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan membeli produk atau jasa yang ditawarkan dan pelanggan pun mendapatkan produk atau jasa yang dibutuhkan. Akan tetapi jangan segala kebutuhan pelanggan harus dipenuhi perusahaan pun harus berpedoman pada visi dan misi perusahaan untuk tetap menjaga kredibilitas perusahaan dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk itu maka tidak ada salahnya jika “Maju Terus Pantang Mundur”. Jadikan segala hal sebagai tantangan untuk menjadi lebih baik. Salam Marketer.

0 comments:

Post a Comment